Sabtu, 29 Agustus 2009

11- MENJARING dan MENYARING MASALAH

Setiap rencana kajian biasanya diawali dengan penemuan masalah jernih yang:
· belum atau belum tuntas terpecahkan,
· penting dan berharga untuk dipecahkan dan
· pengkajiannya kelak diperkirakan terkelola dengan baik pada jadual waktu yang ditetapkan.
Ini, mulai dari pengenalan terhadap fakta/ gejala bermasalah sampai dengan ditemukan masalah yang jernih memerlukan proses kritis penjaringan dan penyaringan.












Menurut Ostle (1966) ada empat hal perlu diperhatikan dalam usaha menemukan dan merumuskan masalah, yaitu:
(1) pengenalan masalah (dari kenyataan, gejala dsbnya) yang akan ‘diburu’ dan ‘medan perburuannya’,
(2) temuan-temuan terdahulu yang dapat dipertimbangkan dalam menjelaskan masalah atau dijadikan sebagai bahan bandingan,
(3) konsep-konsep atau teori-teori yang mungkin dapat digunakan dalam menjelaskan pilihan pemecahan masalah, dan
(4) penyarian masalah ke dalam pernyataan-pernyataan operasional yang dapat diperiksa atau diuji secara statistika.
Tidak sembarang masalah perlu dan layak untuk dikaji. Tidak sembarang masalah layak dapat dipecahkan secara efektif dan efisien dengan metode penelitian. Masalah yang ditemukan perlu disaring, misalnya melalui jawaban atas pertanyaan berikut:
(a) apakah masalahnya cukup penting untuk diteliti bukan saja bagi peneliti sendiri tetapi juga bagi kalangan tertentu yang cukup luas?
(b) sejauh mana keterangan yang diperlukan untuk pemecahan masalah tersedia?
(c) apakah rencana kajian dengan suatu lingkup atat cakupan tertentu kelak dapat dikelola dengan penggunaan sumberdaya dan dana yang tersedia?
(d) sampai berapa jauh implikasi hasil pemecahan masalah dapat berguna untuk pengembangan ilmu-pengetahuan dan/atau memberikan manfaat praktis?
Menemukan masalah menarik yang belum atau belum tuntas terpecahkan, penting serta terkelola untuk dipecahkan merupakan langkah paling awal dan kunci penting dalam proses penelitian ilmiah. Langkah ini menentukan kelayakan bagi langkahlangkah berikutnya. Pekerjaan ini mungkin memakan waktu banyak, melelahkan dan mungkin peneliti sempat kecewa dan kemudian mungkin frustruasi.
Dalam tahap ini peneliti perlu mempertimbangkan juga kondisi-kondisi di luar dirinya maupun kemampuan sendiri atau lembaganya, yaitu kekhususan masalah yang berlaku masa kini, ruang lingkup dan cakupan kajian, kegunaan hasil kajian, kemungkinan untuk mendapatkan data empiris dan keterkelolaan (waktu, sumberdaya manusia, fasilitas, dana dan sebagainya) penelitian kelak.
Minat khusus, rasa ingin tahu yang mendalam, semangat, prakarsa, keterbukaan untuk memberikan dan menerima (mencari) informasi, ketekunan dan tentu saja kecerdasan diperlukan untuk ketajaman dan kejernihan ‘melihat’ adanya masalah. Daya khayal dan berpikir kreatif merupakan kemampuan tambahan yang diperlukan dalam merenungkan pilihan pemecahan masalah.
Menemukan suatu masalah dapat diibaratkan bagai orang berburu. Pertama, tentu seseorang harus berminat untuk ‘berburu’ masalah. Apa ‘binatang’ masalah yang akan dijadikan sebagai sasaran utama? Kedua, memiliki kecakapan atau pengalaman memadai sebagai ‘pemburu’. Memiliki ‘naluri berburu’ yang tajam, sehingga ada keyakinan ke medan mana sebaiknya pergi berburu. Mengenal ‘perilaku’ binatang buruan, sehingga dapat memilah mana yang dapat ‘menguntungkan’ pemburu dan mana yang bakal ‘merepotkan’. Mampu membaca, menganalisis, memanfaatkan kondisi dan situasi medan perburuan untuk keuntungannya. Hati-hati, sabar, sigap dan terampil mempergunakan senjata berburu. Mengetahui 'hari naas' dan kelemahan binatang buruan.
Meskipun ada banyak sekali masalah yang belum terpecahkan dan selalu terbuka munculnya masalah-masalah baru, tetapi minat dan kemampuan orang dalam ‘melihat’ adanya masalah tidak sama. Dari yang mampu melihat adanya masalah tidak sedikit yang kebingungan sendiri melihat demikian banyaknya masalah. Yang mana akan diburu?
Minat meluap-luap untuk mencari dan mencari masalah merupakan pra-syarat utama. Tanpa hasyrat ini, meneliti dapat dirasakan sebagai beban lahir batin. Dengan minat yang mendalam peneliti sangat mungkin akan menikmati penelitiannya, apapun kendala dan hambatan yang kelak akan ditemuinya. Minat seperti ini kurang dapat diharapkan dari seseorang yang ‘dogmatis’, keingin-tahuan yang dangkal dan kurang mampu berkhayal mengelanakan pikiran.
Peneliti harus mampu memilih suatu masalah menarik dan penting dengan mengukur pula kemampuannya untuk melaksanakan langkah-langkah berikutnya. Jangan sampai peneliti lupa diri dengan berbuat serakah memburu demikian banyak masalah untuk dipecahkan dalam 'satu kali pukul' penyelenggaraan penelitian.
Harus disadari bahwa kajian yang dipilih pada umumnya tidak terlepas dan merupakan bagian dari proses iterasi menemukan pengetahuan baru. Peneliti dituntut menjadi pemerhati yang sungguh untuk ‘melihat’ adanya kenyataan/gejala bermasalah.
Peneliti harus aktif berprakarsa. Jangan bersikap selalu menunggu perintah, petunjuk, bantuan dsbnya dari orang lain, atau mencaricari dalih untuk tidak segera memulai sesuatu. Bersikap kritis (skeptis) dalam menelaah, menseleksi, dan menggunakan kenyataan, gejala, temuan-temuan terdahulu dan teori/konsep sehingga pada akhirnya peneliti mungkin menemukan suatu masalah penelitian yang menarik, penting dan terkelola.
Walaupun untuk menyatakan masalah ilmiah yang baik pada suatu saat tertentu sering terasa sukar atau tak mungkin, keadaan ini jangan sampai peneliti tergiring untuk buru-buru meninggalkan minat dan keperluan semula untuk menelitinya. Jangan pula kesukaran serta merta digunakan sebagai dalih dirasional untuk mereduksi masalah sampai batas terkerjakan.
Bahwa pada tahap awal peneliti baru mempunyai suatu gambaran masalah yang agak umum, berupa pemikiran yang masih kabur atau bahkan masih kacau adalah lumrah karena rumitnya penelitian ilmiah. Tidak jarang terjadi, peneliti memerlukan waktu lama untuk mengadakan eksplorasi, berpikir dan melakukan penyelidikan sebelum dapat dengan jelas menyatakan apa pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicari jawaban-jawabannya melalui suatu penelitian.
Penemuan suatu masalah penelitian memerlukan kejelian ‘melihat’ dan kemampuan berpikir jernih yang tidak ditumpulkan oleh perasaan takut, patah semangat atau rendah diri akan kegigihan orang lain, kewenangan dan kewibawaan seorang tokoh atau pandangan a priori yang berkenaan dengan sikap seseorang atau kelompok orang.
Dalam tahap ini kegiatan terpenting ialah berkomunikasi, menelaah cukup banyak informasi, terutama terhadap informasi mutakhir yang terandalkan. Misalnya, yang disajikan dalam jurnal, forum seminar dan diskusi khusus. Jangan enggan mencarinya ke perputakaan setempat maupun lainnya. Jika perlu perluas komunikasi untuk mendapatkan keterangan yang diperlukan.
Peneliti dituntut terampil dalam mengenal sumber informasi, menelusuri dan menseleksi pustaka mutakhir yang diperlukan, terbiasa menggunakan kata-kunci, dapat membaca cepat, efektif dan efisien dalam membuat catatan singkat (tidak serba main fotokopi) untuk bahan penting yang dibaca dan mahir menata informasi.
Penyaringan dapat dilakukan melalui kegiatan membaca kritis dari sumber mutakhir. Yaitu, sedapat mungkin langsung dari sumber asli, bukan dari second citation karena dikhawatirkan ‘tercemar’ oleh penafsiran pengutip. Kendati diperoleh dari hasil penalaran suatu tafsiran dapat bersifat subjektif. Belum lagi jika terjadi salah terjemah.
Peneliti menggunakan berbagai pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang ingin dipecahkan dengan suatu atau beberapa pilihan pemecahannya. Sebagian besar dari pengetahuan yang diperlukan itu telah dikuasai (pada kedalaman tertentu) dan sebagian lagi mungkin akan didapat melalui proses belajar. Untuk ini tidak jarang peneliti memerlukan bantuan pakar dari disiplin lain.
Selain menguasai bidang ilmunya sendiri, peneliti harus mampu menggunakan penalaran logis, yang sangat diperlukan dalam mengenal dan menyaring masalah dan membebaskan diri dari berpikir subjektif. Pengalaman dan pengetahuan dapat lebih segera ditingkatkan dengan menimba dari khasanah ilmu-pengetahuan yang tersedia. Khasanah tersebut dapat ditemukan di perpustakaan. Perkembangan mutakhir ilmu-pengetahuan lebih mungkin ditemukan dalam jurnal ilmiah daripada dari buku ajar. Buku ajar umumnya memuat hal-hal yang sudah mapan. Fora seminar ilmiah juga dapat merupakan ladang perburuan berharga.
Dari kegiatan ini peneliti mungkin mendapatkan masalah yang belum tuntas terpecahkan. Atau, dia dapat menilai status dan posisi kini masalah yang dipikirkan semula, yaitu berdasarkan penelaahan dan pembandingan terhadap temuan-temuan terdahulu. Termasuk penelaahan terhadap teori-teori atau konsep-konsep yang dijadikan dasar dalam menjelaskan temuan-temuan tersebut. Dari kegiatan ini dapat diketahui apakah masalah yang dipikirkan termasuk yang tidak perlu dipecahkan melalui penelitian baru karena sudah tuntas terpecahkan, layak diteliti karena masalahnya belum tuntas terpecahkan atau betul-betul merupakan masalah baru.
Chatfield (1988), dalam kapasitasnya sebagai statistisi, pernah dilibatkan dalam perancangan survei contoh mengenai suatu masalah sosial-ekonomi. Dalam waktu tidak lebih dari setengah jam dia beruntung menemukan suatu penelitian yang tepat sama dengan yang sedang dirancang tim dia, dengan temuan-temuan yang menjawab tuntas apa yang dipermasalahkan. Dengan demikian, penelitian baru seperti dirancang oleh timnya sebenarnya tidak diperlukan.
Keterampilan menentukan dan menggunakan katakunci membuat penelusuran pustaka lebih selektif, efektif dan efisien. Penguasaan bahasa nasional sendiri dan bahasa asing yang banyak digunakan dalam bidang ilmu bersangkutan sangat membantu untuk membaca cepat dan memahami dengan tepat.
Penyaringan dan pembandingan dapat dilakukan lebih cepat dan banyak melalui penelesuran judul dan/atau ringkasan atau sari karya tulis ilmiah. Jangan pernah segera berusaha untuk membaca dari kulit ke kulit sebelum diputuskan (melalui penyaringan) apakah ada keperluan untuk menelaahnya lebih dalam.
Penelusuran dan penyimakan pustaka hendaknya jangan dibatasi terhadap penyajian tekstual saja. Tidak jarang masalah menarik dapat ditemukan dari penyajian statistis dalam bentuk grafik atau tabel. Peneliti dapat memberikan tafsiran kritis dari hasil renungannya sendiri yang mungkin saja tidak sama dengan tafsiran orang lain, termasuk nara sumbernya sendiri. Adanya penemuan bermasalah tersebut mungkin saja luput dari perhatian penulisnya untuk ditafsirkan dan dibahas dalam teks dari Bab “Hasil dan Pembahasan”.
Melalui proses bertanya dan bertanya secara terarah peneliti mencoba mengenali masalah lebih dalam lagi dan menilai dengan kritis beberapa pilihan yang mungkin dapat digunakan dalam memecahkan masalah. Dengan kritis peneliti mempelajari temuan-temuan terdahulu dan memeriksa konsep-konsep dan teori-teori yang diperkirakan dapat digunakan untuk menjelaskan masalah yang ditemukan. Peneliti mungkin memerlukan bentuk komunikasi ilmiah lainnya, seperti diskusi dan seminar dengan pihak atau dalam forum tertentu dari kalangan ilmuwan atau praktisi dari bidang-bidang yang berhubungan dengan masalah. Ada kalanya dalam penjelajahan itu diperlukan suatu penelitian pendahuluan sebagai rintisan untuk mendapatkan gambaran masalah yang lebih jelas.
Sebatas pertanyaan-pertanyaan semacam: “Berapa ...anu ini?”; “Apakah .... sama dengan sekian?”; “Apakah .….berbeda dengan ….?”; “... apa dari sekian ... yang hasilnya tertinggi?”; “Apakah tanaman ... ini dapat tumbuh dan menghasilkan baik di ...?”; “Kapan tanaman ... ini mulai berbuah?”; dan sebagainya agaknya bukan dari kategori masalah-masalah yang perlu dikenali lebih lanjut dengan menelusuri dan menelaah pustaka. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak memerlukan teori-teori untuk menjelaskan jawaban-jawaban sementaranya.
Bahwa jawaban-jawaban terhadap pertanyaan seperti di atas boleh jadi penting dan layak untuk diketahui oleh seseorang, instansi, khalayak bahkan dunia pengetahuan. Jawaban atas pertanyaan seperti itu misalnya diupayakan melalui suatu ujicoba. Untuk membahas temuan-temuan yang didapat memang sah-sah saja orang membandingkannya dengan temuan-temuan sebelumnya atau memberikan alasan dengan menggunakan suatu teori.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar